Monday 6 January 2014

Mengatasi Anak Mudah Merengek

MUNGKIN Anda pernah menemukan situasi ketika anak meminta sesuatu, mengeluarkan jurus merengek jika tidak dikabulkan. Permintaan pun dipenuhi. Tahukah Anda bahaya dari keputusan itu?

Dalam dunia psikologi, perilaku anak yang meminta sesuatu dengan secara berlebihan dikenal sebagai perilaku tantrum (temper tantrum). Menurut psikolog anak, Aurora L. Toruan, MPsi., 




perilaku tantrum merupakan keadaan anak yang belum dapat mengungkapkan keinginannya dengan sikap baik. Umumnya, keadaan ini terkait dengan kemampuannya berkomunikasi yang masih belum matang. 

"Umumnya perilaku tersebut ditujukan pada orang tertentu (orang tua atau pengasuh) dan di tempat umum (banyak orang yang akan memperhatikan), " ujarnya kepada Plasadana.com yang mewawancarainya untuk Yahoo Indonesia.

Dia menjelaskan, sikap tersebut kerap muncul pada anak umur 2-5 tahun. Pada usia itu, anak berada di tahap mulai memahami bahwa punya keinginan atau kehendak sendiri, sebagai pribadi yang terpisah dari orang tuanya. 

Bentuk perilaku tantrum anak pun beragam. Ada yang memiliki keinginan kuat dan kesulitan menyampaikannya, ada juga yang mudah untuk dibimbing. Aurora berpendapat bahwa perilaku tantrum tidak menjadi masalah asal tidak berlebihan.

"Kalau sudah berlebihan, sebaiknya dikonsultasikan kepada profesional, dokter, atau psikolog," ujarnya.

Beberapa indikasi berlebihan, pertama perilaku tantrumnya sering, misal bisa lebih dari tiga kali dalam satu hari. Kedua, berlangsung lama (tidak mudah ditangani orang tua) misalnya, lebih lama dari 15 menit. Ketiga, ditampilkan oleh anak berusia di bawah 1 tahun atau di atas 5 tahun.

Konsultan psikologi di Keara ini menuturkan, beberapa penyebab anak berperilaku tantrum, di antaranya akibat persaingan saudara atau sulitnya mengenal mainan. Bisa juga akibat bermasalah dalam berbicara atau kondisi fisik anak yang tidak nyaman. 

Aurora menambahkan, perilaku ini bisa juga muncul akibat adanya permasalahan keluarga, seperti perilaku protektif, permisif (memanjakan), orang tua yang tidak disiplin, anak sering dikritik, anak tidak mendapat perhatian, hingga masalah pernikahan.

Aurora mengingatkan agar orang tua menangani anak berperilaku tantrum secara hati-hati. Jika permintaan anak sering dituruti, maka ia tidak terlatih menyampaikan keinginannya dengan cara tepat dan menganggap segala keinginannya dapat dipenuhi dalam segala hal. 

Alhasil, ketika dewasa, anak suit mengelola ekspresi kemarahan dan sulit menjaga relasi yang baik dengan orang lain. Di sisi lain, jika orang tua sering menolak, anak akan merasa rendah diri, tidak layak memperoleh hal baik, dan berperan layaknya orang bodoh. Dalam situasi ini, anak tantrum bisa memperlakukan hal serupa kepada anaknya di kala mereka dewasa.

Aurora menyarankan agar orang tua mengajarkan anak untuk berlatih menguasai emosi diri sendiri dan juga orang lain di sekitar. Bisa juga dengan cara mengalihkan perhatian anak, berikan pelatihan disiplin singkat, hindari kritik berlebihan kepada anak, hargai perilaku anak, dan cari penyebab anak tantrum. 

Apabila anak sudah terbiasa manja, mulailah ajak komunikasi terbuka. Selain itu,, orang tua harus yakin bahwa anak masih dapat mempelajari dan memiliki keinginan menampilkan perilaku yang baik.

No comments:

Post a Comment